Arif Abdullah. Powered by Blogger.

Saturday 4 May 2013

Tag:

Mimpi Kecil



Sudah biasa duduk disini, kak..
membanting kerincing sebagai rebana
adikku menari dan aku bernyanyi
nyanyian sumbang orang pinggiran..



Tak usah heran bila hujan kami tak berteduh..
payung kami memang langit
ranjang kami gundukan parit
jadi tak usah menangis bila kami pernah belajar mengeja di lampu merah..
berselimut bekas airmata
membiasakan kulit di gurat luka..



Duh, kakak...
pejalan memang arogan di tepian jalan
menyisakan recehan yang tak laku untuk makan
hanya jajan kerupuk tempe dan minum aQua gelas
kami begini karena kami memang tak mau berkelas..


Siapa bilang mimpi kami nihil, kak..
aku saja ingin jadi dokter, adikku apalagi....
dia mempunyai mimpi sperti kak Caco..
sayangnya ibu jenuh mengasuh kami
hingga kami ber ayah pada langit,
kpada senja, 
dan ber ibu pada bumi..

krena memang beginilah jika keliru memakai celana di negri ini..
simpan saja cerita kami di sudut mimpimu, kak..
sebagai suara hati yang menggelitik nadi..


choe.
masih sbg pion hitam..

About hahhs

hari ini kau tidak boleh takut atau kelak 30 tahun lagi, ketika kau terbaring lemah di rumah sakit hari itu kau baru menyadari dan berkata "andai dulu aku tidak takut mungkin hidupku akan berubah".

0 comments:

Post a Comment