Arif Abdullah. Powered by Blogger.

Friday 10 May 2013

Tag:

Putih Rambut Ibu




Ibu, ini benar-benar pahit, dan benar adanya.
suatu hari, di bawah pohon kenangan kota jogja yg aku cintai,
aku pernah menangis karena puisi yg kubuat sendiri,
untukmu, Bu.
untuk Ibu,
tidak untuk merah rambut Ayah.
juga tidak untuk nasib yang ibu rebus di belakang rumah setiap sepi menjelang sunyi.
bukan,
ini hanya untukmu, Bu.
dari seorang anak yg pertamakali pulas di kamar kecil dalam rahimmu.
dan aku masih ingat semua itu, Bu.
degan pakaian seadanya:
bajuku merah terbuat dari darah,
celanaku berlendir, tebuat dari gumpalan milik Ayah.
engkau masih ingat, Bu?
detik dimana hidup kita berada di tengah-tengah sekarat.
antara mati suri atau kita akan tamat.
sekuat tenaga kau kerahkan seluruh keringatmu,
dan merka khidmat berbaris,
menungguku, Bu..
menungguku..
menunggu bocah celana,
menunggu kemerdekaan nasib kita,

Pending dulu, ada yg basah,...:')

 Jogja, dengan ribuan kenang yg telah hilang.

About hahhs

hari ini kau tidak boleh takut atau kelak 30 tahun lagi, ketika kau terbaring lemah di rumah sakit hari itu kau baru menyadari dan berkata "andai dulu aku tidak takut mungkin hidupku akan berubah".

0 comments:

Post a Comment