Dylen...
berhentilah membuatku gila...
Genangan air semalam menenggelamkan lutut padi-padi hijau persawahan. Di sebuah Cafe-Jl. Ambarukmo-Jogja, ah..! lagu'Glen Hansard' berhasil menahan tarian angin sawah, sengaja ia..untuk mengawali deretan kata pada pagi-pagi sekali mungkin, atau untuk sebuah renungan barangkali? ya..renungan tentang berberapa tahun belakangan ini.
Cafe English, ditempat ini aku habiskan waktuku semalam. sendiri. Ini kali pertama aku melakukanya, sejauh kaki telah ribuan kali mengelus wajah tanah-tanah di kota-kota. Pagi, yang kemudian di susul sinar, aku damai menyerahkan diri di antara kayu-kayu atau boleh juga kau namai 'Warung Kopi' para insomnia yang berdiri yakin dengan ukiran bambu disambung-sambung bersusun-susun, lemah dengan kuat saling berpegangan. jadilah Cafe ini tempat berkmpulnya ramai Mahasiswa setelah seharian mereka memulung teori-teori di kepalanya. Masih tentang bangunan bambu ini, dibawahnya, berjamaah anak-anak sawah dengan tasbih seribu kali lebih damai melebihi kapanpun, aku menikmati. hijaunya dan aroma padi rumput yang jarang tentu untuk dapat di temukan di jantung kota.
(Ups..batrei laptop mau habis, tak ambil colokoan dulu ya..:).
Tentu saja, selain yang telah kugambarkan, di tempat ini kau bisa juga berenang menuju Pulau Maya tanpa menggunakan perahu Smartfren yang bocor atau beberapa keluhan tak mengenakkan itu. Lagu 'Glen Hansard' mengusikku lagi, lagi-lagi untuk sebuah renungan. kali ini ia membawa wajahmu, kau begitu sempurna, berdiri mantap di depanku, Oh tidak! kau berhasil meringkus seluruh titik alam bawah sadar yang kubuat pasrah bertahun-tahun belakangan ini. Glen Hansard dengan liriknya yang meminta-minta, kembali mengemis; Bukalah. Jido.. ayo, bukalah. merayuku agar menyapamu, membalas semua pesanmu, mengangkat 300 kali panggilan masuk itu, Ah! begitu nikmatkah rasa sakit sebuah kenangan yang tersimpan bertahun-tahun?.
aku tak melihat ada bias kuning atau pantulan sinar di genangan sawah tepat dimana aku menghadap. sama sekali belum tampak. Tibalah, aku benar-benar berada dalam kemenyerahan itu, 'kau menang Dylen, kau memang hebat..'. seluruh isi kepala terlalu pagi untuk lumpuh. Ternyata tidak, biaspun tampak sudah, riang betul padi-padi itu menjemurkan diri. Angin mengusap-ngusap rambut sawah. Menari. menari bersama kata, Jido, Bukalah. mengemis lagi...
Sedepa demi sedepa aku mulai membuka. Setelah memejamkan mata sebentar kemudian melihat langit yang berkaca-kaca. Rindu juga ternyata kau disana?. Wajar saja. 10 tahun lamanya, selama itu langit kutugaskan bergerak membentuk auranya, ketika kekuatanku telah habis untuk mengingat jeda tatatapannya terakhirkali. Senyum itu, menatapku dengan mata yag paling indah sedunia, dan aku mulai sadar, akalku kau lepas demi satu. Mantap, dengan sangat pelan. Inilah awal dari seumur hidupku, aku meyebutnya; kegilaan yang tak ingin berakhir, adakah?
Semalam ada beberapa pesan masuk yang sudah ku-delete karena tipe HP murah tak mungkin dapat menampung pesan sebanyak itu. Coba kau hitung jika setiap malam kau harus menghapus 60 pesan yang belum terbaca, bagaimana mungkin, dan dengan panggilan masuk yang berulang-ulang tak terhitung? Langit sedikit basah, ada linangan bening yang ia sembunyikan jauh di keramaian awan sana. Akhirnya aku harus membalas pesan dari masa lalu, ada sedepa pertanyaan yang ingin kulepaskan. Lagi-lagi lagu itu menyelinap keluar dari celah-celah sound yang tersambung dengan perangkat laptop,
Cause I'm picking up a message Lord And I'm closer than I've ever been before.
So if you have something to say,
Say it to me now.
Say it to me now.
Say it to me now.
By: Glen Hansard-Say it to me now.
adalah salah satu dari sekian lagu yang ia nyanyikan kemudian langit harus terisak, menyadari bahwa; aku telah mengalami banyak kehilangan. Dylen, kau tau? aku akan terus terbelah, ketika sebuah lagu yang tak diinginkan terus berhenti pada pusaran masa dan kenangan-kenangan 10 tahun terakhir ini. Ah..! lagi-lagi angin-angin padi bersorai menyebut-nyebut namamu. Hey, apakah jika aku menjawab semua pesanmu dan mengangkat telponmu itu akan merubah langit puluhan tahun setelah hari ini? dan puluhan tahun berikutnya? Dylen, kau hebat..sungguh. Untuk saat ini aku menyerah..
About hahhs
hari ini kau tidak boleh takut atau kelak 30 tahun lagi, ketika kau terbaring lemah di rumah sakit hari itu kau baru menyadari dan berkata "andai dulu aku tidak takut mungkin hidupku akan berubah".
0 comments:
Post a Comment