Arif Abdullah. Powered by Blogger.

Sunday, 23 December 2012

Tag:

Menunggu Siluetmu Muncul

Menunggu silhuetmu muncul, kurapikan lagi kata-kataku yang berserakan setelah semalaman mereka bergadang membantuku menulis sajak. Ada yang lelah, ada yang dihajar kantuk hingga tak sanggup bergerak. Aku rapikan kata-kata itu seperti merapikan selimut yang kau tinggalkan saat shubuh.

Menunggu silhuetmu muncul, aku bangunkan sajak yang semalaman kubuat. Bait-baitnya menggigil, menggeliat saat aku menyiraminya dengan air yang kuambil dari kamar mandi. Aku lalu memandikannya satu per satu seperti memandikan tubuhmu sebelum kau menghilang pagi itu.

Menunggu silhuetmu muncul, aku biarkan sajakku bercerita tentang masa lalu. Bau parfum di tubuhmu masih melekat kuat, menggelombangkan kejadian-kejadian yang kita lalui bersama. Setelah kau menghilang, aku terus menunggumu kembali sambil menulis sajak demi sajak. Di antara sajak-sajakku, ada yang mencintaimu, ada pula yang melupakanmu.

About hahhs

hari ini kau tidak boleh takut atau kelak 30 tahun lagi, ketika kau terbaring lemah di rumah sakit hari itu kau baru menyadari dan berkata "andai dulu aku tidak takut mungkin hidupku akan berubah".

0 comments:

Post a Comment