Arif Abdullah. Powered by Blogger.

Sunday 2 November 2014

Tag:

Oidipus 1


Kita pernah melewatinya, dengan sedikit tergesa: jalan tanah menuju pekuburan itu. Aku Oidipus dan kau Antigone. Aku buta dan kau terlalu muda.

“Ada angin berayun di atas ban bekas di tepi jalan. Di seberangnya, pagar bata setengah badan,” katamu, seperti biasa, menjadi sepasang mataku.

Aku mencium bau lumut, Anakku. Aku mencium bau kematian yang langu.

“Tak ada yang layak kuceritakan: pagar lumutan, rumah-rumah kosong. Bentangan sawah di kejauhan. Kau pernah melihat segalanya, Papa, sebelum peniti itu menyudahi matamu. Apakah ini tempat yang dijanjikan. Di mana kita akan diam dan menetap?”

Bukan. Kita hanya pernah melewatinya. Entah kapan. Kau Oidipus aku Antigone. Aku bertanya, siapa menaruh bandulan dari ban itu di sana, di pohon angsana. Lalu lumut, kenapa ia begitu setia. Melekat pada pagar di samping kita.

Aku ingat kita pernah bertukar rupa. Di jalan tanah yang sama.

About hahhs

hari ini kau tidak boleh takut atau kelak 30 tahun lagi, ketika kau terbaring lemah di rumah sakit hari itu kau baru menyadari dan berkata "andai dulu aku tidak takut mungkin hidupku akan berubah".

0 comments:

Post a Comment