Kita pernah melewatinya, dengan sedikit
tergesa: jalan tanah menuju pekuburan itu. Aku Oidipus dan kau Antigone. Aku
buta dan kau terlalu muda.
“Ada angin berayun di atas ban bekas di
tepi jalan. Di seberangnya, pagar bata setengah badan,” katamu, seperti biasa,
menjadi sepasang mataku.
Aku mencium bau lumut, Anakku. Aku mencium bau kematian yang langu.
“Tak ada yang layak kuceritakan: pagar lumutan, rumah-rumah
kosong. Bentangan sawah di kejauhan. Kau pernah melihat segalanya, Papa,
sebelum peniti itu menyudahi matamu. Apakah ini tempat yang dijanjikan. Di mana
kita akan diam dan menetap?”
Bukan. Kita hanya pernah melewatinya. Entah kapan. Kau Oidipus aku
Antigone. Aku bertanya, siapa menaruh bandulan dari ban itu di sana, di pohon
angsana. Lalu lumut, kenapa ia begitu setia. Melekat pada pagar di samping
kita.
Aku ingat kita pernah
bertukar rupa. Di jalan tanah yang sama.
About hahhs
hari ini kau tidak boleh takut atau kelak 30 tahun lagi, ketika kau terbaring lemah di rumah sakit hari itu kau baru menyadari dan berkata "andai dulu aku tidak takut mungkin hidupku akan berubah".
0 comments:
Post a Comment